Ketika dulu saya belajar mengaji bersama seorang
guru dari tanah Betawi, saya juga diajarkan beberapa jurus ‘main pukulan’
(silat). Ketika kemudian beberapa orang rekan saya mengkhatamkan pelajaran main
pukulan, saya tidak beruntung menamatkannya, karena saya bukan seorang yang
tekun dalam belajar ilmu beladiri, meskipun saya menggemarinya. Mungkin bakat
saya ada di olahraga permainan tim, seperti bola basket dan bola volley.
Ketika ‘upacara’ atau inisiasi kependekaran dari
sang guru (Ustad), meskipun saya bukan lulusan yang menamatkan pelajaran main
pukulan/silat, saya mendapat kehormatan untuk mendapatkan kenang-kenangan dari
Ustad. Para lulusan yang lain mendapatkan baju koko dan sebilah golok, dan saya
mendapatkan sebentuk batu cincin. Dilihat sekilas batu tersebut nampak kurang
menarik, karena warnanya hitam legam. Ustad mengatakan bahwa batu tersebut
tidak mempunyaik khasiat apa pun, namun hanya sebagai pengingat tanda kasih
dari seorang guru kepada muridnya. Selanjutnya Ustad mengatakan bahwa dari dulu
sampai sekarang seorang jawara selalu menggunakan atribut cincin batu akik
sebagai salah satu penanda pendekar Betawi. Karena Ustad baru mendapatkan dari
salah seorang muridnya, batu berlafazkan Allah (aksara Arab), maka beliau ingin
memberikan beberapa koleksi batunya kepada beberapa muridnya. Saya salah
seorang muridnya yang beruntung.
Ustad mengatakan pada saya bahwa batu tersebut
didapatkannya dari kakeknya yang selain seorang guru ngaji juga seorang pendekar
silat di tanah Betawi di tahun 1940-an, dan sang kakek mendapatkan batu tersebut dari
seorang guru silat dari tanah Minang.
Beberapa tahun yang lalu, ketika ‘wabah’ batu
akik melanda Indonesia, saya mengeluarkan koleksi-koleksi batu cincin saya. Dan
salah satu primadona dari sekian banyak batu saya adalah batu hitam ini. Ketika
saya mengganti ikatan batu tersebut, para ahli batu yang kebetulan berada di
sekitar lapak mengatakan bahwa batu itu batu tua, dan jenisnya adalah Yaman
Cibeet. Saat ini sudah langka keberadaannya. Secara alamiah, batuan dari jenis
ini menimbulkan aura kewibawaan bagi pemakainya, sehingga banyak dipakai di
kalangan pendekar silat. Konon katanya, bang Pitung pun memakai batu dari jenis
ini.
Jika ada yang berminat melamar untu memiliki batu ini, saya tidak berkeberatan melepasnya, dengan mahar yang disepakati tentunya.