Ilmu panglimunan adalah ilmu
untuk menghilang. Dipelajari orang dengan cara laku yang luar biasa sulit.
Tuntutan untuk mempunyai ilmu ini biasanya dengan puasa dan juga membaca
mantera (wirid). Puasa yang harus dilakukan bisa berpuluh hari, dan wirid yang harus
dibaca juga berbilang ribuan kali.
Dahulu, saya menuntut ilmu
ini untuk jaga diri, sehingga di kala terjepit dalam situasi bahaya, saya bisa
menghilang dari pandangan 'musuh'. Ketika uji coba, saya merapalkan ilmu ini
ketika di dalam angkutan umum (bus tanggung). Dampak yang dihasilkan adalah
Kondektur seakan-akan tidak melihat diri saya, dan saya terbebas dari membayar
tarif angkutan. Itu saya alami kurang lebih 25 tahun yang lalu.
Kini, ketika seorang
kondektur lupa menarik ongkos angkutan, dengan serta merta saya akan
menyodorkan ongkos saya. Harus disadari, ongkos yang kita keluarkan mungkin
tidak seberapa, namun bagi kondektur dan pengemudi, sejumlah uang tersebut
merupakan sebagian nafkah yang akan diberikan kepada keluarganya di hari itu.
Sekali lagi, sebuah ilmu
yang sama, dengan berjalannya waktu, ternyata telah mengalami perubahan makna,
ketika dihadapkan pada kebeningan hati nurani. Wallahu'alam bisshawab.