Jumat, 24 Maret 2017

Sebentuk Batu Cincin dari Guru Mulia (Maya) - Jilid III

Saya baru ngeblog lagi, dan kali ini kembali dengan entri terakhir yang saya input. Ada kejadian luar biasa selama kurun waktu dua bulan ini.
Untuk tidak lupa, silakan baca dulu entri sebelumnya: Sebentuk Batu Cincin dari Guru Mulia (Maya) - Jilid II.

Nah kejadiannya beberapa waktu yang lalu, tepatnya di akhir bulan Februari, 2017, di mana saya pergi ke sebuah tempat berobat. Saya mengalami sakit pinggang yang luar biasa di pagi hari dan disarankan oleh seorang teman di kantor  untuk berobat ke Pak 'D' di Sukabumi. Menurut teman saya, pak D sangat manjur dalam mengobati orang sakit, baik medis maupun non-medis (akibat guna-guna atau pun pengaruh jin jahat lainnya).

Singkat kata, ketika di sampai di rumah pak D tersebut, beliau masih banyak pasiennya, yah sekitar 4 orang lagi sebelum saya. Ketika baru menunggu 5-10 menit lamanya, tiba-tiba ada seorang perempuan (yang kemudian saya ketahui sebagai anak pak D), yang mengatakan bahwa pak D tidak dapat menerima tamu lagi karena beliau tiba-tiba muntah-muntah karena masuk angin. Kita diminta untuk pulang. Anehnya kepada tamu yang lain, disampaikan untuk kembali esok hari, tapi tidak kepada saya dan teman saya. Ini tentu mengecewakan saya.

Kemudian, karena sudah tanggung cuti kerja, dan tidak berhasil dengan pengobatan saya, saya berkunjung ke rumah seorang Ajengan (Kyai) di Cianjur, di dekat perbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, yang lokasinya tidak jauh dengan lokasi kampung pak D, Ketika di rumah Ajengan Jejen, yang merupakan salah seorang pembimbing spiritual saya, beliau menyambut saya dengan sukacita, dan bertanya tumben saya datang dengan pendamping. 

Ang Jen, panggilan akrab sang Ajengan, mengatakan, selain saya dan teman saya, ada 'energi lain' yang ikut saya. Saya yang merasa aneh, menceritakan bahwa saya baru saja berkunjung ke pak D, dengan niat berobat, dan ternyata gagal, karena pak D mendadak sakit masuk angin. 
Sampai di sini, Ang Jen tertawa dan menjelaskan bahwa sangat baik bagi saya untuk tidak berobat kepada pak D, karena beliau menggunakan ilmu yang kurang baik, dan ada kuasa hitam/gelap yang membantu pak D dalam mengobati pasiennya. Kemudian, menurut Ang Jen, sakitnya pak D hari ini, disebabkan oleh saya, atau lebih tepatnya oleh pendamping yang mengikuti saya. Masih menurut Ang Jen, pendamping saya tersebut adalah khodam yang ada di batu yang saya pakai, yang seperti kita ketahui bersama, berasal dari Aceh.

Tentu saja, masih menurut Ang Jen, selain doa dari Abu di Aceh, yang menyertai batu ini, ada khodam yang sangat kuat aura dan powernya, yang tidak kalah kuatnya dengan energi doa sang Abu, yang kemungkinan adalah khodam ayat al Quran. Ang Jen menanyakan apakah belakangan ini saya secara khusus membacakan ayat suci tertentu yang ditujukan untuk 'mengisi' batu tersebut. Sepanjang yang saya paham, selama ini, cincin kesayangan saya ini saya selalu gunakan saat sholat, tanpa bermaksud mengisi ilmu atau apa pun. Hanya ketika berada di kamar mandi dan saat tidur saja, batu ini terpisah dari badan saya.

Ang Jen menyimpulkan bahwa meskipun saya tidak berniat mengisi batu tersebut, namun dikarenakan batu tersebut juga merupakan mahluk Allah, dan selalu berzikir kepada Allah, maka batu tersebut juga mampu beresonansi (memantulkan/menggemakan) energi baik yang kita kumpulkan, seperti bacaan ayat suci ketika kita sholat dsb. Energi-energi Illahiyah akibat zikir-zikir tersebut mempunyai frekwensi yang sama, sehingga saling menguatkan (untuk hal ini, saya sedikit ingat dengan pelajaran Fisika di SMP). Di akhir pertemuan, Ang Jen memohon kepada Allah agar energi baik yang berada dan mengiringi batu saya tersebut untuk tetap tinggal di batu tersebut, dan tidak bisa dihilangkan, kecuali ditambahkan power positifnya.