Senin, 30 Mei 2016

Kaca Mobil Tetap Bersih di Kala Hujan

Jikalau di suatu ketika anda dihadapkan pada rusaknya bilah penghapus kaca mobil (wiper) padahal saat itu adalah di musim penghujan dan anda harus tetap berkendara, maka berikut ini adalah beberapa tip mengatasi keadaan darurat tersebut.
1.     Menepilah dan matikan mesin kendaraan (mobil) anda. Tunggu hujan reda, baru lanjutkan perjalanan anda. Hehehehe, ini tip mungkin saya dapat dari Cak Lontong. Padahal kan tadi ada kondisi harus tetap melanjutkan perjalanan! Silakan ikuti tip-tip berikutnya;
2.     Oleskan sabun colek di kaca depan mobil anda. Tidak perlu terlalu tebal, tapi posisinya di bagian atas kaca, kalau memungkinkan sepanjang kaca tersebut. Jika bilah penghapus kaca rusak, maka sabun colek akan menahan derasnya aliran air dari atas, dan bahan kandungannya akan membuat kaca tetap kinclong!
3.     Sebagai pengganti sabun colek, dapat juga digunakan tembakau. Hancurkan dua atau tiga batang rokok di tangan anda, kemudian usapkan tembakau yang ada di tangan anda ke kaca mobil bagian depan.

Selamat mencoba dan drive safely!

Sabtu, 28 Mei 2016

Khasiat dan Manfaat Batu, Bukan Mistik

Saya mau berbagi pengetahuan atas sebuah batu. Batu itu adalah black jade atau giok hitam, dan asalnya dari Aceh. Saya menyukai batu ini, yang katanya dapat menyerap racun. Para penjual, untuk meyakinkan pembeli, merendam batu ini ke dalam air yang telah dicampur Iodine/Yodium, biasanya merk Betadine. Setelah beberapa lama, maka air akan kembali jernih. Hal ini wajar dan sah untuk dilakukan sebagai cara menarik pembeli, walaupun dalam beberapa waktu, batu akan menjadi rapuh.
Pengalaman saya yang paling berkesan adalah ketika suatu saat saya mengalami luka potong akibat tersayat pisau. Karena saat itu saya tidak dapat menjangkau obat luka, maka saya tempelkan bongkahan Black Jade yang berada dalam jangkauan. Kurang lebih 5 menit sejak penempelan, ternyata darah tidak mengucur, namun tetap terasa perih pada luka sayat. Pada batu ada tersisa bercak darah.
Kemudian saya menempelkan lagi Black Jade tersebut, dalam kurang lebih 5 menit setelahnya, rasa perih sudah tidak terasa. Bahkan, ketika terkena air, saat mengambil air wudhu.
Sekarang saya memoles batu tersebut berbentuk pipih, setebal 0,5 sentimeter, untuk saya simpan di tas saya, dan juga di rumah serta sebutir lagi saya berikan kepada anak saya yang kos di luar kota.
Apakah khasiat batu tersebut merupakan kemampuan mistis, metafisik atau supranatural dari sebuah batu, yang selama ini banyak disangkakan orang? Saya meragukannya karena menurut saya, kandungan mineral batu tersebut yang menyebabkan batu ini mampu menutup luka. Ada pun dukungan bukti ilmiah, harus dilakukan oleh para pakar geologi.
Batu Giok Hitam asli dari Aceh ini juga mempunyai keunikan lain, yakni menempel pada magnit, tapi tidak semua batu giok hitam bisa menempel magnit. Sekali lagi itu merupakan fakta ilmiah yang mungkin kajian dan penelitiannya belum dilakukan. Saudara dari Giok Hitam ini adalah batu Jahanam Loloda dan sejenis batu lain dari Jayapura, yang saya lupa namanya; yang kebetulan semuanya mempunyai penampakan yang sama, yakni Hitam, yang jika disorot senter akan berwarna hijau.
Silakan lihat penampakan batu ini. blackjade.jpg

Saya sarankan agar setiap rumah tangga memiliki sebentuk batu ini untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan luka terbuka kecil. Ada manfaat lain dari batu ini, yang akan saya ceritakan pada posting berikutnya.

Minggu, 22 Mei 2016

Lagi, Sebuah Batu Peninggalan dari Almarhum Guru Mulia

Ketika dulu saya belajar mengaji bersama seorang guru dari tanah Betawi, saya juga diajarkan beberapa jurus ‘main pukulan’ (silat). Ketika kemudian beberapa orang rekan saya mengkhatamkan pelajaran main pukulan, saya tidak beruntung menamatkannya, karena saya bukan seorang yang tekun dalam belajar ilmu beladiri, meskipun saya menggemarinya. Mungkin bakat saya ada di olahraga permainan tim, seperti bola basket dan bola volley.

Ketika ‘upacara’ atau inisiasi kependekaran dari sang guru (Ustad), meskipun saya bukan lulusan yang menamatkan pelajaran main pukulan/silat, saya mendapat kehormatan untuk mendapatkan kenang-kenangan dari Ustad. Para lulusan yang lain mendapatkan baju koko dan sebilah golok, dan saya mendapatkan sebentuk batu cincin. Dilihat sekilas batu tersebut nampak kurang menarik, karena warnanya hitam legam. Ustad mengatakan bahwa batu tersebut tidak mempunyaik khasiat apa pun, namun hanya sebagai pengingat tanda kasih dari seorang guru kepada muridnya. Selanjutnya Ustad mengatakan bahwa dari dulu sampai sekarang seorang jawara selalu menggunakan atribut cincin batu akik sebagai salah satu penanda pendekar Betawi. Karena Ustad baru mendapatkan dari salah seorang muridnya, batu berlafazkan Allah (aksara Arab), maka beliau ingin memberikan beberapa koleksi batunya kepada beberapa muridnya. Saya salah seorang muridnya yang beruntung.


Ustad mengatakan pada saya bahwa batu tersebut didapatkannya dari kakeknya yang selain seorang guru ngaji juga seorang pendekar silat di tanah Betawi di tahun 1940-an, dan sang kakek mendapatkan batu tersebut dari seorang guru silat dari tanah Minang.

Beberapa tahun yang lalu, ketika ‘wabah’ batu akik melanda Indonesia, saya mengeluarkan koleksi-koleksi batu cincin saya. Dan salah satu primadona dari sekian banyak batu saya adalah batu hitam ini. Ketika saya mengganti ikatan batu tersebut, para ahli batu yang kebetulan berada di sekitar lapak mengatakan bahwa batu itu batu tua, dan jenisnya adalah Yaman Cibeet. Saat ini sudah langka keberadaannya. Secara alamiah, batuan dari jenis ini menimbulkan aura kewibawaan bagi pemakainya, sehingga banyak dipakai di kalangan pendekar silat. Konon katanya, bang Pitung pun memakai batu dari jenis ini.

Jika ada yang berminat melamar untu memiliki batu ini, saya tidak berkeberatan melepasnya, dengan mahar yang disepakati tentunya.

Selasa, 17 Mei 2016

Batu Tarikan Beraura Gaib

Kali ini bukan barang ghoib yang ingin saya paparkan, namun barang hasil tarikan. Biasanya barang tarikan adalah barang yang diperoleh setelah melakukan semacam ritual tertentu dan asal barang tersebut adalahdari alam gaib. Tapi kali ini barang hasil tarikan saya tidak terkait dengan hal yang gaib, walaupun  di kemudian hari, ada hal-hal supranatural yang melingkupi barang tersebut.

Barang tarikan saya ini berupa sebentuk cincin, dengan mata cincin berupa batu. Beberapa ahli mengatakan bahwa batu tersebut adalah batu Yaman Madu, dan beberapa ahli yang lain mengatakan batu tersebut adalah batu Obi. Para penghobi batu pun mengatakan bahwa ada gambar/corak Kantung Semar pada batu tersebut, sehingga secara alamiah, batu tersebut mempunyai sifat menarik perhatian, seperti tumbuhan Kantung Semar yang menarik perhatian serangga, dan kemudian memangsanya. Ternyata memang ada sifat tersebut pada batu ini, walaupun baru kemudian saya sadari.

Batu ini saya dapatkan dari seorang pengusaha sukses dan kaya raya, saat saya menjadi karyawannya. Saat itu pada saat perayaan ulang tahun perusahaan, sang Pemilik (pengusaha Kaya dan Sukses, sebut saja pak A), ingin memberikan sebuah kenang-kenangan kepada 3 orang karyawannya. Saya merupakan salah satu yang beruntung, dan bebas meminta apa saja yang benda yang dipergunakan beliau. Saya memilih untuk mendapatkan Batu Cincin yang dikenakannya, karena Handphone Communicator dan Pena MB sudah diminta rekan lain yang beruntung. Saya berkeyakinan bahwa batu yang dipakai seorang pengusaha Kaya bukanlah batu biasa. Saat meminta batu tersebut, ada keengganan dari pak A untuk memberikannya, dan mencoba menawarnya dengan barang pengganti, yakni dompet (mahal) atau pun kacamata (juga mahal). Akhirnya dengan berat hati, pak A melepaskan Batu (dengan cincinnya) tersebut.

Karena cincin tersebut terlalu mewah untuk dipakai di tangan saya, saya mengganti ikatannya menjadi lebih sederhana, dan ikatannya saya jual. Menariknya, ketika saya membawa batu tersebut ke tukang perhiasan, pemilik toko mengatakan bahwa batu tersebut tidak telalu mahal, namun kharismanya luar biasa. Pun ketika saya tanyakan kepada beberapa ahli perbatuan, hampir semua mengatakan hal yang sama. Perihal jenis batu, jawaban beberapa ahli perbatuan menyatakan seperti di atas.

Hal unik lainnya yang saya alami adalah bahwa batu tersebut sepertinya menimbulkan, mengakibatkan atau menambahkan rasa percaya diri, serta menambah kewibawaan. Akibatnya, si pemakai akan mudah diterima oleh lingkungan sekitarnya, baik lingkungan lama, mau pun lingkungan yang baru dimasuki. Ini terbukti berguna di tempat kerja saya beberapa waktu yang lalu.




Selain ‘manfaat’ di atas, ada efek lain yang unik dari pemakaian batu ini, yakni meningkatnya daya tarik, dan konyolnya adalah daya tarik seksual. Dalam beberapa kesempatan, saya menerima gangguan ‘flirting’ (rayuan) dari lawan jenis, baik untuk sekedar dating, mau pun lebih dari itu. Alhamdulillah, saya selalu berhasil mengatasinya. Ketika hal ini saya tanyakan pada orang yang paham akan hal-hal supranatural, para pengamat tersebut menyatakan bahwa batu ini memang memiliki aura pengasih, yang menarik bukan hanya rekanan bisnis, namun juga semua mahluk, dan juga menarik bagi lawan jenis. Sekedar tinjauan ke belakang, Pak A, mempunyai beberapa istri, dan istri yang termuda (saat itu di akhir 1990-an) berumur lebih muda dari anak bungsunya.

Saat ini saya ingin menjual batu koleksi saya ini. Banyak kenangan yang dibawa batu ini, sehingga nilai sentimental dan historis batu ini melebihi nilai fisiknya. Bagi yang b berbakat dan berkemampuan, silakan diterawang foto-foto batu ini, atau yang berkeinginan melihat langsung pun, dipersilakan.

Detail Kontak

Jumat, 13 Mei 2016

Gelang Pemberian Para Bhiksu

Satu lagi pengalaman terkait dengan barang gaib. Mungkin saya ahlinya penarikan barang gaib, meskipun saya ngak punya ilmu yang cukup untuk melakukannya. Yang saya alami selama ini dalam memiliki barang-barang gaib adalah kebetulan-kebetulan yang mengaitkan satu hal dengan hal yang lainnya. Dan mungkin juga sebuah kebetulan, beberapa barang gaib saya dapat berpindah kepemilikan dengan ‘mahar’ atau ‘mas kawin’ yang banyak.

Pada posting sebelum ini saya kisahkan tentang sejarah sebuah batu yang saya dapatkan dari seorang ‘guru maya’, karena saya tidak pernah mengenal guru yang bersangkutan secara langsung.

Kali ini saya juga ingin menceritakan asal-usul sebuah gelang. Gelang itu saya dapatkan beberapa wiku (bhiksu) ketika saya berkunjung ke Medan. Di dalam Kereta cepat dalam perjalanan dari Medan ke Kualanamu, saya bertemu dengan beberapa bhiksu Budha, yang berpakaian abu-abu. Komunikasi dilakukan dengan Bahasa Inggris yang nyaris tidak bisa dipahami. Para bhiksu datang dari sebuah Monastery (biara) di Thailand (untung sering nonton film kungfu klasik keluaran Shaw Brothers, jadi paham arti kata monastery). Mereka baru saja berkunjung ke Pagoda di Taman Alam Lumbini, di Tanah Karo, Sumatera Utara.

Meskipun saya bukan penganut agama yang sama, saya menghormati para bhiksu ini sebagai pemuka agama, dan mereka pun memuji saya yang meskipun berlainan agama, tidak menunjukkan rasa benci atau penolakan terhadap mereka. Saya bahkan dapat sedikit berdakwah, bahwa ajaran saya menghormati pilihan hidup beragama umat lain, dan itu yang saya coba amalkan.

Di akhir pertemuan, saya memberikan sebuah gelang, yang terbuat dari Red Coral (Marjan = Karang Merah), dan saya katakan bahwa batu marjan adalah salah satu batu berharga yang disebut di dalam kitab suci kami. Sayangnya saya hanya punya satu gelang, sedangkan mereka ada 12 orang. Namun demikian mereka semua berterima kasih dan berjanji akan memberikan saya tanda mata jika kita bertemu lagi. Saya tidak begitu berharap, karena saya tidak berencana akan bepergian ke negaranya, serta kami belum sempat bertukar alamat.

Kisah pertemuan dengan 12 orang bhiksu itu tidak berakhir saat pertemuan itu berakhir. Beberapa minggu kemudian, saya mengalami sakit jantung berdebar. Kemudian saya pergi berobat ke tempat terapi akupuntur (tusuk jarum) langganan yang lokasinya ada di daerah Kelapa Gading. Sinshe yang mengobati saya mengatakan bahwa saya mengalami kelelahan akibat banyaknya pekerjaan saya saat itu. Selain meresepkan beberapa jenis ramuan, beliau juga memberikan saya sebentuk gelang. Gelang tersebut terbuat dari kayu Agathis, atau Raja Kayu Merah. Menurut Sinshe, beliau menggunakan gelang tersebut untuk terapi pasien yang bermasalah dengan organ jantung dan tekanan darah tinggi. Ternyata beliau juga menggunakan pendekatan energy, getaran dan bioritme dalam membantu pengobatan pasiennya.

Mengingat harga dari gelang tersebut yang 1,2 juta rupiah, saya mengatakan belum dapat membelinya, karena tidak membawa cukup uang. Padahal sesungguhnya, meskipun saya juga seorang yang mengamalkan pengobatan dengan pendekatan holistic, saya tidak berkeinginan membeli gelang tersebut, meskipun memberikan vibrasi yang baik dan positif. Ternyata Sinshe memaksa karena berniat memberikan gelang tersebut kepada saya. Beliau mengisahkan, beberapa waktu yang lalu beliau berkunjung ke Bangkok, Thailand untuk ziarah. Di sebuah pagoda, saat sinshe berdoa, beliau ditemui oleh 12 orang bhiksu. Mengetahui bahwa sinshe berasal dari Indonesia, mereka ingin agar sinshe memberikan sebentuk gelang kepada seseorang di Indonesia, dengan ciri-ciri tertentu. Para rahib mengatakan bahwa orang yang akan diberi gelang itu adalah ‘sahabat’ baik mereka dari Indonesia. Sebentuk gelang yang diberikan telah diberikan ‘blessing’ oleh para rahib/bhiksu tersebut.

Ketika saya memasuki ruang praktek, Sinshe merasa bahwa sayalah orang yang harus diberi gelang tersebut. Untuk meyakinkannya, Sinshe melakukan hypnotherapy pada saya dan mendapatkan konfirmasi bahwa saya pernah bertemu 12 rahib Thailand tersebut beberapa bulan yang telah lalu.


Sekali lagi saya mendapatkan barang dari sumber yang ‘gaib’, dan saya menghargai setiap pemberian, baik dari yang gaib mau pun dari entitas yang nyata. Namun, jika ada yang berminat pada benda tersebut, saya bersedia menukarnya dengan nominal yang disepakati bersama. Maharnya pasti lebih tinggi dari nilai barang tersebut, karena nilai sentimental dan historis kepemilikan benda tersebut.

Kamis, 05 Mei 2016

Sebentuk Batu Cincin dari Guru Mulia (Maya)

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 2010, saya berkesempatan berkunjung ke Aceh. Ini kunjungan yang ke sekian kalinya, karena saya telah belasan kali berkunjung ke Aceh. Namun, ada pengalaman yang berbeda pada kunjungan kali ini.

Pada kunjungan di bulan May tahun 2010 ini, saya berkesempatan mengunjungi Aceh di pesisir barat, setelah pada kunjungan-kunjungan sebelumnya saya hanya sempat berkunjung, paling jauh ke Aceh Tengah, melalui jalan pesisir timur. Sebagai seorang pengagum ulama karismatis, saya berkeinginan untuk bersilaturahim dengan ulama-ulama Aceh yang jumlahnya cukup banyak. Dalam kunjungan dinas kali ini, saya berkesempatan berkunjung ke Makam seorang Abu (mungkin setingkat Kiai di tanah Jawa).

Dari rekan-rekan saya di Aceh, saya banyak mendengar cerita tentang sang Abu dan karomahnya. Dikatakan bahwa beliau telah meramalkan kejadian Tsunami 2004, hampir setahun sebelumnya, dan ini diberitahukan oleh Abu kepada salah seorang muridnya. Beliau pun sempat berkunjung kepada salah satu Presiden RI, beberapa saat sebelum beliau dipaksa turun dari kedudukannya. Berdasarkan keanehan-keanehan Abu yang meramalkan kejadian yang belum terjadi, dan cara-cara yang tidak biasa dalam mendoakan murid dan pengikutnya, banyak orang mengatakan bahwa beliau adalah salah satu wali yang hidup, saat itu. Bahkan hal ini, konon juga dikemukakan oleh Gus Dur.

Karena tertarik dengan ‘karomah’ (kemuliaan) almarhum Abu, saya berkeinginan  bertemu dengannya. Namun karena hal ini sudah tidak memungkinkan, saya sempatkan untuk berziarah ke makamnya, dan melihat dari dekat makam orang yang disebut wali. Saya sendiri memiliki kegemaran untuk bergaul dengan alim ulama di mana pun mereka berada, dan berusaha mendapatkan kesempatan didoakan oleh alim ulama tersebut. Saya juga terbiasa dengan kegiatan berziarah kubur, bukan saja ke makam orang tua sendiri, tapi juga ke makam para waliyullah yang ada. Hampir seluruh makam waliyullah yang ada di pulau Jawa sudah saya kunjungi, dan kali ini saya berkesempatan berziarah ke makam ‘waliyullah’ dari tanah Rencong, Aceh.

Di luar dugaan, makam dari seorang ‘waliyullah’ di Aceh tidaklah istimewa. Seperti juga yang makam Syiah Kuala yang ada di Banda Aceh, makam orang istimewa di Aceh tidaklah istimewa, dan sama dengan makam-makam orang biasa. Saya menyempatkan mendoakan beliau dan berdiam sejenak di makamnya.  Namun demikian, kunjungan saya di makam Abu, di Aceh Barat ini, tidak lah lebih dari 10 menit, dan bersama rombongan, kami melanjutkan perjalanan dinas ke Bener Meriah, kabupaten yang lain di Aceh.

Kisah kunjungan ke makam ‘waliyullah’ di Aceh, tidak berhenti di sini, karena ada kejadian-kejadian susulan yang cukup menarik untuk diceritakan. Di akhir kunjungan di Aceh saat itu, saya menginap di Banda Aceh, di sebuah rumah yang dijadikan mess instansi pemerintah. Mess tersebut letaknya di daerah Ulee Kareeng, Banda Aceh, yang terkenal dengan kelezatan kopinya. Saya sudah sering berkunjung ke mess tersebut, dan hampir setiap kali ke Banda Aceh, saya selalu menginap di sini. Namun demikian, kali ini pengalamannya berbeda. Di pertengahan malam saat itu, saya ketika saya tidur, saya memperoleh mimpi didatangi oleh seseorang yang mengaku sebagai sang Abu. Beliau mengucapkan terima kasih karena saya telah menyempatkan diri mendoakannya dan ingin memberi tanda mata kepada saya, berupa batu cincin. Namun demikian, batu cincin tersebut sudah dia titipkan pada seseorang di Jakarta. Dan kisah mimpi ini terlupakan begitu saya kembali ke Jakarta dan disibukkan oleh kegiatan-kegiatan rutin harian.

Beberapa bulan berikutnya, di bulan September 2010, saya berkesempatan berkenalan dengan seorang Ustad yang sering dimintai pertolongan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dan bersifat ghaib. Ustad ini diperkenalkan kepada saya oleh seorang teman saat syukuran rumahnya di bilangan Cibinong. Ustad yang berasal dari Bogor tersebut sangat akrab dengan saya, meskipun ini kali pertama kami bertemu. Kami membicarakan banyak hal, hingga di akhir pertemuan, Ustad tersebut memberikan saya sebongkah batu seukuran bola golf. Ustad mengatakan bahwa dia menerima titipan dari seorang Ulama dari Aceh, untuk memberikan sebentuk batu kepada saya. Mulanya Ustad tersebut ragu, karena tidak mengenal saya sebelumnya, dan dia membawa batu itu kemana saja dia pergi, selama beberapa bulan terakhir. Ketika saya menanyakan nama ulama dari Aceh yang dimaksud, Ustad juga tidak mengetahuinya, dan kemudian saya tunjukkan foto ulama tersebut yang tersedia di Google, dan ternyata ulama tersebut adalah sang Abu, yang juga telah mendatangi saya dalam mimpi.

Ustad mengatakan kepada saya bahwa batu tersebut harap digosok dan dijadikan cincin dan dipakai sehari-hari. Menurut Ustad, Batu tersebut tidak mempunyai kekuatan apa pun, atau pun dapat menimbulkan manfaat atau mudharat bagi penggunanya, namun mengingat batu tersebut adalah pemberian seorang ulama yang karismatis dan berkaromah, maka ingatlah bahwa batu tersebut adalah tanda kasih sayang seorang Ulama kepada muridnya.

Menjalankan pesan dari Abu melalui Ustad, batu tersebut saya gosok, poles dan pasang pada cincin, dan ternyata cukup untuk dijadikan dua mata cincin pria. Uniknya adalah, meskipun berasal dari satu bongkah, keindahan kedua batu cincin ini sangat berbeda. Batu yang saya miliki, dikatakan banyak orang sangat indah dan berkilau, manakala batu cincin yang lainnya, yang saya berikan pada kawan saya tidak berkilau dan terlihat tidak indah. Banyak kawan yang menaksir batu yang saya miliki tersebut dan mencoba meminta, bahkan membelinya. Ahli dan penggemar batu yang saya kenal mengatakan bahwa batu tersebut adalah lumut Aceh (bahkan Ustad pun tidak mengetahui jenis batu ini). Saya tidak pernah menggunakannya sejak saya ikat menjadi batu cincin, namun saya mulai gunakan ketika demam batu akik mewabah.




Kini, tiga tahun sejak saya menggunakannya (meskipun telah saya miliki selama 6 tahun), batu ini nampak semakin memesona. Namun demikian, beberapa waktu yang lalu, saya mendapat mimpi dari Abu, yang merasa prihatin dengan kehidupan saya saat ini. Abu menyatakan bahwa Batu yang diberikannya dapat menjadi ‘penutup’ kebutuhan saya. Namun demikian Batu cincin tersebut hanya boleh dilepas sesuai dengan tingkat kebutuhan saya, tidak lebih.

Saat ini saya dihadapkan pada beberapa kebutuhan mendesak, dan berharap Batu pemberian Abu dapat dijual dengan harga yang pantas. Bagi saya nilai Batu ini tidak terhingga, karena merupakan pemberian dari seorang Abu/ulama yang tidak saya kenal sebelumnya, namun memberikan tanda cintanya kepada saya. Tanda cinta dari seorang ulama berkaromah tersebut, yang memberikan nilai tambah lebih kepada nilai fisik batu ini. Saya hanya dapat merasakah bahwa batu ini memberikan aura yang positif dan menyejukkan, tetapi saya bukan ahli yang dapat mengatakan secara pasti, bahwa siapapun akan merasakan hal yang sama. Namun, apakah batu ini akan memberi manfaat kepada pengguna berikutnya, tentu merupakan pertanyaan yang tidak dapat saya jawab.

Jikalau ada yang mau membantu saya menutup kebutuhan mendesak saya saat ini, silakan WhatsApp atau telpon ke 082210339718. Mohon tidak menghina saya, karena saya sedang berikhtiar menyelesaikan permasalahan  kehidupan saya. Saya mengharapkan penawaran langsung dari peminat, dan cocok atau tidaknya akan saya sampaikan.


Saya sengaja tidak secara eksplisit menyebutkan siapa nama Abu tersebut. Jikalau ada rejeki, dan sudah menemukan pembeli yang cocok, saya bersedia menyebutkan nama Abu tersebut. Pengalaman sebelumnya, ada orang yang mengaku murid dari seorang tokoh yang menjadi sentral cerita saya, memarahi saya karena menggunakan nama gurunya tanpa persetujuan pesantren dan pewaris sang tokoh, dan kemudian meminta semacam royalty dari penggunaan nama tersebut.